Selama ini, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada dua sahabat Rasul yang
benar-benar sangat kaya, yaitu Abdurrahman bin Auf dan Ustman bin Affan. Namun
sebenarnya, sejarah juga sedikit banyak seperti “mengabaikan” kekayaan yang
dipunyai oleh sahabat-sahabat yang lain.
Ingat perkataan Umar bin Khattab bahwa ia tak pernah bisa mengalahkan amal
sholeh Abu Bakar? Itu artinya, siapapun tak bisa menandingi jumlah sedekah dan
infaqnya Abu Bakar As-Shiddiq.
Lantas, bagaimana dengan kekayaan Umar bin Khattab sendiri? Khalifah setelah
Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu
bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga
perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang juga sangat kaya.
Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000
ladang, yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta—perkiraan konversi ke
dalam rupiah. Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 Triliun.
Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp 40 juta,
berarti Umar mendapatkan penghasilan Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233
Miliar sebulan.
Umar ra memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para
pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan
disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk
dimakan.
Namun begitulah Umar. Ia tetap saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya
pun ia pergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar
menyombongkan diri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan
berlebihan.
Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan,
“Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu
kelak.” Subhanallah! Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab.
(sa/berbagaisumber/Fikih Ekonomi Umar bin
Al-Khattab/khalifa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar